Fajar baru saja beranjak dari peraduannya, berganti pagi yang
cerah bersama kesejukan embun yang menetes di dadaunan. Kicau burung
yang bernyayi, menambah suasana tenang dan asri.
Namaku
adalah Andika., seorang pemuda berusia 25 tahun asal Jogyakarta-Jawa
tengah.. Yang bekerja di sebuah perusahaan ternama di Jakarta dengan
posisi sebagai General Manager. Keberuntungan, kerja keras, semangat dan
doa lah yang telah menuntunku mencapai semua itu.
Sudah
lama juga rasanya aku tak pulang kampung, sebab kesibukan memaksaku
untuk terus bergelut dengan pekerjaan yang semakin meningkat. Pagi ini
aku bermaksud untuk pergi ke kompleks pertokoan dan membeli beberapa
kado dan mengirimkannya lewat pos untuk Ibunda tercinta. Seorang Ibu
yang telah mengandungnya selama 9 bulan, dan membesarkannya dengan
segenap cinta dan kasih sayang tak terhingga. Seorang Ibu yang pernah ia
tinggalkan pergi ke kota Jakarta untuk kuliah, mencari nafkah dan
mengejar kesuksesan demi meraih angan serta impian.
Langkah
demi langkah tersusuri, hingga tak terasa langkahpun terhenti pada
sebuah toko bunga. Ia melihat seorang wanita cantik tengah berdiri di
depan sebuah etalase. Gadis itu tengah memandangi dengan wajah lesu
rangkaian-rangkaian bunga yang terpajang indah di balik kaca. Matanya
terlihat dengan jelas tengah berkaca-kaca, air matanya hendak meleleh,
seperti akan menangis, namun di paksakan tertahan.
Siapakah
gadis itu sebenarnya ? sedang apa dia di sana dengan membawa mendung di
pelupuk matanya ?. Sejenak ku perhatikan wajah yang terasa tak asing
itu. Ya, akhirnya aku pun ingat siapa dia. Maharani Safitri, teman satu
angkatanku semasa kuliah dulu, namun berbeda jurusan.Kalau aku mengambil
jurusan Management Bisnis, sedangkan ia mengambil jurusan Akutansi.
Aku
pun tertarik untuk mendekatinya, bukan karena cantik parasnya, namun
ekspresi kesedihannya yang membuatku memberanikan diri untuk menyapanya.
“ “Fitri…Maharani Safitri”, sapaku. Ia pun menengok sembari
mengernyitkan keningnya, berusaha mengingat pemuda yang memanggil
namanya. “Andika”….agak ragu ia menyahut, “benar ini aku”, dan kami pun
berpelukan dengan hangat. Setelah melepaskan rasa rindu masa-masa lalu
dan setelah kami bertanya serta bercerita ini dan itu, akhirnya ku
ajukan pertanyaan yang yang sedari tadi mengundang rasa penasaranku.
“Maaf
sebelumnya, kalau boleh aku tahu, ada apa denganmu ? Ada apa dengan
bunga-bunga itu ? Aku sempat melihatmu hampir menitikkan air mata
memandangi rangkaian bunga itu. Adakah yang salah dengan bunga-bunga itu
?”
“Tidak apa-apa, jawabnya sembari menghela
nafas. Aku ingin sekali membeli salah satu rangkaian bunga mawar indah
yang ada di balik kaca itu untuk Ibuku, gadis itu pun melanjutkan,
seumur hidupku, sampai saat ini, aku belum pernah membelikan dan
mempersembahkan bunga se indah itu untuk Ibuku”.
“Kenapa
tidak kamu beli saja,? Ini bagus kok, bahkan sangat indah”, jawabku
sambil turut mengamati salah satu rangkaian karangan bunga.
“Bukan aku tidak mau, namun jumlah uang yang ku bawa tidak cukup”.jawabnya lirih.
“ya sudah, jangan terlalu kamu pikirkan hal tersebut, pilih saja salah satu yang kamu suka, aku yang akan membayarnya”.
“Benarkah
? Tanya gadis tersebut dengan mata berbinar.”Tidak kah ini terlalu
berlebihan dan merepotkanmu, aku jadi tidak enak hati nih”, ujarnya..
“Sudahlah, kita ini kan sahabat, anggap saja ini adalah hadiah pertemuan kita,
Setelah
membayar di kasir dan membungkus bunga tersebut, aku pun bertanya
kembali. “Oh ya, apa kamu sudah makan atau mau sekedar minum dahulu ?
jika kamu mau, kita bisa mampir sebentar di kafe seberang jalan itu”.
“Tidak
usah, aku ingin segera mengantarkankan bunga ini untuk Ibuku, mumpung
belum sore”, jawabnya. Aku pun mengernyit, tanda tak mengerti, ada apa
memangnya dengan Ibunya ? Kenapa seperti tergesa-gesa sekali, seakan
tiada banyak waktu lagi yang tersisa. Ah sudahlah, kenapa pula harus ku
pikirkan, toh pastinya ia punya alasan tersendiri untuk itu.
Dengan
memendam rasa penasaran, aku pun menawarkan diri untuk mengantarkan
gadis tersebut, yang akhirnya di setujui olehnya. Kami pun melaju
menggunakan mobil menuju sebuah tempat yang di tuju olehnya. Namun aku
terperanjat, saat ia ternyata mengajakku ke sebuah komplek pemakaman
umum ( TPU ). Setelah memarkirkan mobil, tanpa banyak tanya yang padahal
mengundang banyak pertanyaaan akan rasa penasaran, ku ikuti langkahnya
yang akhirnya berhenti pada salah satu makam yang bertuliskan, SUKMAWATI
SAFITRI BINTI HARUN, Lahir tanggal 21 desember 1960, wafat tanggal 27
januari 1985.
Dengan sangat terharu dan tak henti
air mata mengalir di pipi halusnya, gadis itu pun meletakkan karangan
bunga di makam yang ternyata adalah makam Ibundanya.”Ibu, aku datang
menjengukmu, semoga Ibu senang, aku juga datang bersama temanku yang
sangat baik hati ini Ibu. Semoga Ibu tenang dan damai di Sisi-Nya..
“Dika,
ini adalah makam ibuku, Seorang Ibu yang tidak pernah aku lihat dan
rasakan kasih sayangnya seumur hidupku, sebab Beliau meninggal sesaat
setelah melahirkanku, aku hanya mengetahui Beliau dari cerita keluarga
serta selembar foto yang selalu aku simpan dan aku kenang selamanya.
Namun aku yakin, Beliau pasti sangat menyayangiku meski melihatku dari
atas sana, seperti halnya aku yang sangat mencintainya”. Aku pu terharu
melihatnya, betapa besar kasih sayang dan cintanya, Ya Allah, semoga
gadis ini di berikan kesabaran dan selalu dalam Lindungan-Mu, di manapun
ia berada.. Betapa beuntungnya aku serta yang lainnya yang masih
memiliki seorang Ibu, yang masih merasakan cinta serta doa yang kerap
iringi lamgkah kami menapaki kehidupan keras ini “.
Melihat
kejadian itu, telah membuka mata hatiku, betapa hingga saat ini aku
terlalu naif dan sibuk dengan urusan duniawi, hingga tiada waktu untuk
sekedar mencium tangan orang yang telah melahirkanku. Setelah
mengantarkan Fitri sampai rumahnya dan berjanji, bahwa suatu hari nanti
akan kembali bertandang kerumahnya, aku membatalkan niat untuk membeli
dan mengirimkan kado.
Malam itu juga ku putuskan
mengambil cuti dan segera berangkat ke kampung halaman..untuk melihat
wajah Ibu yang aku rindukan selama ini…untuk sekedar mencium
tangannya….untuk bersujud di bawah kakinya…mencium telapak kaki
nya….memeluk erat tubuh dan hati lembutnya….
“Ibu….kasihmu sepanjang masa”..
https://www.facebook.com/andre.afrian1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar