Puisi dan Cerpen

Translate

Selasa, 15 Mei 2012

RANGKAIAN BUNGA MAWAR UNTUK IBU

Fajar baru saja beranjak dari peraduannya, berganti pagi yang cerah bersama kesejukan embun yang menetes di dadaunan. Kicau burung yang bernyayi, menambah suasana tenang dan asri.

Namaku adalah Andika., seorang pemuda berusia 25 tahun asal Jogyakarta-Jawa tengah.. Yang bekerja di sebuah perusahaan ternama di Jakarta dengan posisi sebagai General Manager. Keberuntungan, kerja keras, semangat dan doa lah yang telah menuntunku mencapai semua itu.

Sudah lama juga rasanya aku tak pulang kampung, sebab kesibukan memaksaku untuk terus bergelut dengan pekerjaan yang semakin meningkat. Pagi ini aku bermaksud untuk pergi ke kompleks pertokoan dan membeli beberapa kado dan mengirimkannya lewat pos untuk Ibunda tercinta. Seorang Ibu yang telah mengandungnya selama 9 bulan, dan membesarkannya dengan segenap cinta dan kasih sayang tak terhingga. Seorang Ibu yang pernah ia tinggalkan  pergi ke kota Jakarta untuk kuliah, mencari nafkah dan mengejar kesuksesan demi meraih angan serta impian.

Langkah demi langkah  tersusuri, hingga tak terasa langkahpun terhenti pada sebuah toko bunga. Ia melihat seorang wanita cantik tengah berdiri di depan sebuah etalase. Gadis itu tengah memandangi dengan wajah lesu rangkaian-rangkaian bunga yang terpajang indah di balik kaca. Matanya terlihat dengan jelas tengah berkaca-kaca, air matanya hendak meleleh, seperti akan menangis, namun di paksakan tertahan.

Siapakah gadis itu sebenarnya ? sedang apa dia di sana dengan membawa mendung di pelupuk matanya ?. Sejenak ku perhatikan wajah yang terasa tak asing itu. Ya, akhirnya aku pun ingat siapa dia. Maharani Safitri, teman satu angkatanku semasa kuliah dulu, namun berbeda jurusan.Kalau aku mengambil jurusan Management Bisnis, sedangkan ia mengambil jurusan Akutansi.

Aku pun tertarik untuk mendekatinya, bukan karena cantik parasnya, namun ekspresi kesedihannya yang membuatku memberanikan diri untuk menyapanya. “ “Fitri…Maharani Safitri”, sapaku. Ia pun menengok sembari mengernyitkan keningnya, berusaha mengingat pemuda yang memanggil namanya. “Andika”….agak ragu ia menyahut, “benar ini aku”, dan kami pun berpelukan dengan hangat. Setelah melepaskan rasa rindu masa-masa lalu dan setelah kami bertanya serta bercerita ini dan itu, akhirnya ku ajukan pertanyaan yang yang sedari tadi mengundang rasa penasaranku.

“Maaf sebelumnya, kalau boleh aku tahu, ada apa denganmu ? Ada apa dengan bunga-bunga itu ? Aku sempat melihatmu hampir menitikkan air mata memandangi rangkaian bunga itu. Adakah yang salah dengan bunga-bunga itu ?”

“Tidak apa-apa, jawabnya sembari menghela nafas. Aku ingin sekali membeli salah satu rangkaian bunga mawar indah yang ada di balik kaca itu untuk Ibuku, gadis itu pun melanjutkan, seumur hidupku, sampai saat ini, aku belum pernah membelikan dan mempersembahkan bunga se indah itu untuk Ibuku”.

“Kenapa tidak kamu beli saja,? Ini bagus kok, bahkan sangat indah”, jawabku sambil turut mengamati salah satu rangkaian karangan bunga.
“Bukan aku tidak mau, namun jumlah uang yang ku bawa tidak cukup”.jawabnya lirih.
“ya sudah, jangan terlalu kamu pikirkan hal tersebut, pilih saja salah satu yang kamu suka, aku yang akan membayarnya”.
“Benarkah ? Tanya gadis tersebut dengan mata berbinar.”Tidak kah ini terlalu berlebihan dan merepotkanmu, aku jadi tidak enak hati nih”, ujarnya..
“Sudahlah, kita ini kan sahabat, anggap saja ini adalah hadiah pertemuan kita,

Setelah membayar di kasir dan membungkus bunga tersebut, aku pun bertanya kembali. “Oh ya, apa kamu sudah makan atau mau sekedar minum dahulu ? jika kamu mau, kita bisa mampir sebentar di kafe seberang jalan itu”.
“Tidak usah, aku ingin segera mengantarkankan bunga ini untuk Ibuku, mumpung belum sore”, jawabnya. Aku pun mengernyit, tanda tak mengerti, ada apa memangnya dengan Ibunya ? Kenapa seperti tergesa-gesa sekali, seakan tiada banyak waktu lagi yang tersisa. Ah sudahlah, kenapa pula harus ku pikirkan, toh pastinya ia punya alasan tersendiri untuk itu.

Dengan memendam rasa penasaran, aku pun menawarkan diri untuk mengantarkan gadis tersebut, yang akhirnya di setujui olehnya. Kami pun melaju menggunakan mobil menuju sebuah tempat yang di tuju olehnya. Namun aku terperanjat, saat ia ternyata mengajakku ke sebuah komplek pemakaman umum ( TPU ). Setelah memarkirkan mobil, tanpa banyak tanya yang padahal mengundang banyak pertanyaaan akan rasa penasaran, ku ikuti langkahnya yang akhirnya berhenti pada salah satu makam yang bertuliskan, SUKMAWATI SAFITRI BINTI HARUN, Lahir tanggal 21 desember 1960, wafat tanggal 27 januari 1985.

Dengan sangat terharu dan tak henti air mata mengalir di pipi halusnya, gadis itu pun meletakkan karangan bunga di makam yang ternyata adalah makam Ibundanya.”Ibu, aku datang menjengukmu, semoga Ibu senang, aku juga datang bersama temanku yang sangat baik hati ini Ibu. Semoga Ibu tenang dan damai di Sisi-Nya..

“Dika, ini adalah makam ibuku, Seorang Ibu yang tidak pernah aku lihat dan rasakan kasih sayangnya seumur hidupku, sebab Beliau meninggal sesaat setelah melahirkanku, aku hanya mengetahui Beliau  dari cerita keluarga serta selembar foto yang selalu aku simpan dan aku kenang selamanya. Namun aku yakin, Beliau pasti sangat menyayangiku meski melihatku dari atas sana, seperti halnya aku yang sangat mencintainya”. Aku pu terharu melihatnya, betapa besar kasih sayang dan cintanya, Ya Allah, semoga gadis ini di berikan kesabaran dan selalu dalam Lindungan-Mu, di manapun ia berada.. Betapa beuntungnya aku serta yang lainnya yang masih memiliki seorang Ibu, yang masih merasakan cinta serta doa yang kerap iringi lamgkah kami menapaki kehidupan keras ini “.

Melihat kejadian itu, telah membuka mata hatiku, betapa hingga saat ini aku terlalu naif dan  sibuk dengan urusan duniawi, hingga tiada waktu untuk sekedar mencium tangan orang yang telah melahirkanku. Setelah mengantarkan Fitri sampai rumahnya dan berjanji, bahwa suatu hari nanti akan kembali bertandang kerumahnya, aku membatalkan niat untuk membeli dan mengirimkan kado.

Malam itu juga ku putuskan mengambil cuti dan segera berangkat ke kampung halaman..untuk melihat wajah Ibu yang aku rindukan selama ini…untuk sekedar mencium tangannya….untuk bersujud di bawah kakinya…mencium telapak kaki nya….memeluk erat tubuh dan hati lembutnya….
“Ibu….kasihmu sepanjang masa”..
https://www.facebook.com/andre.afrian1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar